Tampilkan postingan dengan label fotografi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label fotografi. Tampilkan semua postingan

Tips Memotret Yang Tepat untuk Hasilkan Foto Terbaik


Pasti Anda pernah melihat foto yang terpajang di berbagai lokasi, tampilannya menarik dengan berbagai karakter. Bukan hal mudah untuk menghasilkannya, apalagi jika bertujuan untuk promosi atau koleksi. Jika kamu ditugaskan untuk membuatnya, pastikan untuk mengikuti tips memotret yang tepat agar hasilnya benar-benar memuaskan. 

Dibawah ini adalah tips penting untuk memotret :


Tentukan Tempat

Tempat adalah kunci utama sebuah foto yang menarik, kamu pastikan untuk menggunakan jenis warna RGB, karena hasil warna dapat dipilih sesuai selera. Lalu pastikan bahwa tempat sudah sesuai dengan kebutuhan. Baik dari properti yang dipilih hingga lighting.

Resolusi Gambar Maksimal

Sebaiknya buatlah resolusi file foto ukuran besar, sehingga ketika dicetak tidak blur. Pastikan untuk menggunakan Adobe Photoshop untuk mengatur resolusi tersebut.

Jenis File Foto

kamu sebaiknya menggunakan file JPEG agar kamu lebih nyaman dan juga tak masalah.

Periksa Pencahayaan

Pastikan kembali untuk memeriksa lighting untuk membuatkan hasil foto yang sempurna.

Pilih Tempat Mencetak Foto Terbaik

Pastikan untuk memilih percetakan foto yang terbaik, tentunya harga yang ditawarkan akan lebih mahal dari tempat lain.

Kalau kamu menerapkan semua tips di atas untuk memotret foto di atas maka hasilnya akan benar-benar sempurna.

teknik foto bokeh yang baik


Jika kamu seorang yang baru dalam dunia fotografi, kamu mungkin baru saja belajar tentang konsep yang dikenal sebagai "bokeh". Bokeh sendiri berasal dari bahasa Jepang (ボケ) yang berarti blur (kabur/buram/kurang jelas). Dalam teknik fotografi bokeh mengacu pada kualitas efek blur atau buram yang halus atau soft focus pada bagian latar belakang (background) ketika memotret suatu subjek/objek (fokus tetap tajam pada subjek utama namun background nya blur atau kabur).

Pertama-tama kamu harus memahami perbedaan mendasar antara soft-focus dan bokeh. Dalam teknik fotografi soft-focus, kesan kabur (blurriness) sengaja ditambahkan ke seluruh bagian foto sementara bagian tepi foto sebenarnya tetap dibiarkan dalam fokus yang tajam. Sementara dalam teknik bokeh hanya unsur-unsur diluar subjek utama saja yang sengaja dibuat menjadi kabur. Selain itu, bokeh cenderung menekankan pada munculnya bentuk spot-spot cahaya yang lembut dalam gambar. Berikut contoh dibawah ini:

Bokeh yang Baik & Menarik

Bokeh cenderung muncul dalam bidang gambar yang tetap berada di luar area fokus, karena itu teknik yang paling umum digunakan untuk menambahkan efek bokeh adalah dengan menggunakan Depth Of Field (DOF) sempit yang diciptakan melalui bukaan aperture lebar.


Sayangnya bokeh yang baik tidak bisa didapat secara otomatis dari semua desain lensa. Secara mekanis lensa akan membuat titik out-of-focus cahaya sebagai bentuk lingkaran dengan ujung-ujung yang tajam. Penggunaan teknik bokeh idealnya akan membuat masing-masing titik-titik ini menjadi kabur, sehingga lingkaran tadi akan berubah menjadi bentuk biasan cahaya yang lebih lembut.


Perlu diingat, bokeh sejatinya dihasilkan oleh lensa dan bukan kamera. Lensa yang berbeda akan membuat bokeh yang berbeda pula karena desain optik masing-masing lensa yang unik. Umumnya, lensa potret dan tele dengan bukaan aperture maksimal yang besar menghasilkan bokeh lebih menarik daripada lensa zoom standar yang biasa digunakan. Misalnya, lensa fix 85mm dengan nilai f/1.4 mampu menghasilkan bokeh yang sangat bagus, sedangkan lensa kit 18-135mm f/3.5-5.6 akan menghasilkan bokeh yang kurang bagus di panjang fokal dan nilai aperture yang sama. Hal ini terjadi karena perbedaan dalam desain optik dari kedua lensa.

Semua lensa mampu membuat gambar dengan latar yang keluar dari fokus, tapi tidak semua lensa mampu menghasilkan kualitas bokeh yang indah. So, apa itu bokeh yang baik? Sebuah bokeh yang baik adalah biasan titik cahaya yang menyenangkan mata dan persepsi kita saat melihatnya dan karena itu, kualitas blur pada background akan muncul dengan lembut dan "creamy", dengan lingkaran cahaya berbentuk bulat halus dan dengan tepian lembut pula.

Dan, bagaimana caranya mendapatkan bokeh yang baik dalam gambar kamu?

kamu bisa mencoba melakukan tips berikut ini:

Fokuskan kamera kamu pada subjek/objek dari jarak yang sangat dekat (sedekat mungkin sehingga lensa masih bisa menangkap objek dengan tajam). Pastikan bahwa tidak ada objek lain yang akan mengganggu point of interest foto setidaknya 1-2 meter di belakangnya. Usahakan untuk membuat kamera kamu sejajar dengan objek utama, sehingga kamu tidak akan mendapatkan sudut yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Jangan gunakan dinding polos sebagai latar belakang kamu - coba temukan latar belakang yang berwarna-warni, dan sebaiknya dengan beberapa lampu di atasnya.

Setelah kamu menemukan subjek tes yang baik dengan latar belakang yang cocok, atur kamera kamu ke mode "Aperture Priority / AV" dan gunakan aperture kamu pada angka terendah yang bisa didapatkan. Pada kebanyakan lensa zoom standar, aperture terendah biasanya f/3.5, sementara pada lensa fix/prime dan lensa zoom profesional, kamu bisa mendapatkan nilai Aperture maksimal antara f/1.2 hingga f/2.8. Setelah aperture diatur ke nilai terendah, ambil gambar subjek dan lihat pada LCD di belakang kamera kamu. Subjek utama kamu pasti akan tetap fokus dan tajam, sedangkan latar belakangnya menjadi kabur. Jika kamu memiliki lensa yang bagus, bokeh yang didapat akan semakin lembut dan halus, tampak menyenangkan saat mata memandangnya seperti yang ditunjukkan pada contoh foto di atas. Terimakasih

Teknik Fotografi Model


Teknik foto model adalah teknik semua fotografer harus dalami. Sebagai fotografer, kita seringkali dituntut untuk menghasilkan foto seseorang dengan baik. Pemotretan seorang model yang cantik sekarang sudah menjadi hobi bagi banyak fotografer masa kini. Berikut adalah  tips yang kamu bisa coba di bawah ini:

Tip No. 1 – Komposisi
Pasti kamu sudah sering mendengar istilah “rule of thirds”, di mana kamu membayangkan frame kamu dibagi menjadi 3 bagian secara vertikal dan horizontal. Lalu titik temu dari garis-garis tersebut adalah tempat di mana kamu sebaiknya meletakkan “point of interest” dari foto tersebut. Untuk pemotretan model, mata sang model seringkali menjadi titik fokal dari foto tersebut. Maka, dengan memposisikan mata model di garis 1/3 tersebut, atau di interseksi garis-garis tersebut, maka kamu akan membantu untuk menonjolkan mata sang model, dan menangkap perhatian dari orang yang menikmati hasil foto anda.

Tip no. 2 – Padukan dengan latar (background)
Hal ini yang seringkali memisahkan seorang fotografer amatiran dengan yang profesional dan berpengalaman. Seorang fotografer harus peka memilih background untuk pemotretan model. Janganlah terobsesi untuk menghasilkan bokeh untuk latar model kamu, namun cermatlah mencari warna ataupun elemen-elemen yang bisa menambah estetika dari foto kamu. Contoh foto berikut, menggunakan harmonisasi dari warna baju sang model dan juga warna gambar bunga di dinding. Dan juga, konotasi sepuncuk mawar sangatlah cocok untuk menemani seorang model wanita yang cantik.

Tip no. 3 – Bokeh yang menarik
Bertentangan dengan tip nomer 2, tips berikut ini menganjurkan kamu untuk mencari sebuah latar yang tidak mengganggu potret dari sang model. Pisahkanlah model agak jauh dengan latar yang ada, dan bukalah diafragma lensa kamu. Ini akan menghasilkan bokeh yang lebih “creamy” dan soft, agar sang model benar-benar terpisah dari background dan seperti timbul dari foto kamu.

Pada contoh berikut, kamu membidik sang model dari angle yang agak rendah. Ini kamu lakukan karena ingin menangkap lampu-lampu dari kafe tempat pemotretan yang tergantung di ranting-ranting pohon. Lampu-lampu dan kerlap kerlip dari daun akan menghasilkan bokeh yang bagus untuk menjadi latar.

Tip no. 4 – Mainkan white balance
Dalam sesi pemotretan dengan model ini, kami memilih lokasi di sebuah kafe yang lampunya berwarna kuning, dan bagian teras yang diterangi oleh cahaya matahari. Dengan perpaduan dari temperatur cahaya yang tersedia, kami ingin menghasilkan sebuah foto yang lebih unik. kami lalu menempatkan sang model sangat dekat dengan cahaya lampu kuning, dan mengubah setting-an white balance menjadi temperatur “cloud” atau berawan. Dengan demikian, kami akan menonjolkan kekuningan dari cahaya lampu tersebut, dan background lainnya yang hanya terkena cahaya matahari akan menjadi “cold” atau dingin.

Tip no. 5 – Pose dengan tangan kompetisi-fotografi
Alangkah enaknya jika memotret seorang model yang pintar berpose. Sang fotografer hanya perlu menjepret sambil sang model berganti-ganti pose, dan akhirnya mendapatkan banyak foto yang menarik. Namun, tidak semua model bisa berpose dengan sendirinya, dan tugas seorang fotografer yang handal iyalah untuk membantu sang model berpose agar menambah kecantikan dirinya.

Untuk mendalami teknik untuk mengatur pose model butuh pendalaman yang lebih lagi, tapi lakukanlah tip ini dan kami yakin foto model kamu akan jadi lebih menarik. Kadang fotografer tidak memperhatikan tangan dari sang model pada saat memotret close-up. Padahal dengan sedikit tambahan tangan model yang sekedar memegang rambutnya atau menyentuh pipi nya sedikit dapat menambah keanggunan dari foto tersebut secara berlipat ganda.

Tip berikut lebih berlaku pada saat “post processing”, atau pada saat peng-editan di komputer. Ada 1001 macam tone yang bisa dicapai, dengan begitu banyak teknik dan preset-preset yang didapatkan dari photoshop maupun Lightroom. Cobalah bereksperimen, dan carilah tone yang terbaik untuk kamu. Tone atau warna dari foto kamu dapat memisahkan kamu dari fotografer lain, dan dapat kamu jadikan ciri khas kamu sediri.

Demikianlah tips-tips untuk teknik pemotretan model ini. Seomga dapat membantu kamu dalam proses pemotretan berikutnya, dan kami harap kamu berbagi di jasa foto ulang tahun, agar semuanya dapat saling sharing keseluruh wilayah Indonesia.

Fotografer Gunakan Cermin 17 Meter Persegi Untuk Membuat Foto Alam Mimpi Ini

Erik Johansson adalah fotografer dan seniman digital asal Swedia. Dia ingin membuat sebuah foto alam mimpi dengan efek air dan kaca. Sebenarnya dia bisa saja menggunakan keahlian photoshop untuk membuatnya murni secara digital, namun telah bertekad menggunakan elemen fisik yang asli untuk efek utama (karena dia menikmati prosesnya) baru kemudian melakukan finishing dengan bantuan photoshop. Berikut ini hasil akhir foto yang dia buat:

Untuk membuat foto ini, Erik menggunakan kaca cermin seluas 17 meter persegi, kemudian memotong kaca tersebut dan menatanya di sekitar perahu kecil dan ikan sebagai layout utama. Erik membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikannya, dari konsep sampai menjadi foto akhir. Kalau anda sulit membayangkan-nya, silakan tonton video bagaimana Erik membuat foto tersebut:

Mengenal Teknik Fotografi Profesional

Mengenal 5 Teknik Fotografi Profesional




Setelah memahami teknik fotografi dasar, sekarang saatnya kamu pelajari lebih dalam tentang teknik fotografi profesional yang sering digunakan fotografer master dalam membidik foto. Dengan demikian, kamu bisa meng-explore teknik fotografi lebih banyak lagi dengan pengetahuan yang lebih luas di bidang fotografi.

1. Fotografi HDR (High Dynamic Range)

HDR adalah serangkaian teknik yang digunakan dalam bidang fotografi untuk memproduksi sebuah jangkauan cahaya dinamis yang lebih besar dibanding menggunakan teknik fotografi standar. Kamera non-HDR hanya bisa mengambil gambar dengan jangkauan pencahayaan terbatas, hasilnya kurang detail pada area gelap atau terang. Sementara teknik HDR mampu menutupi kekurangan ini dengan mengambil banyak foto pada tingkat pencahayaan berbeda dan menggabungkannya untuk menghasilkan foto dengan jangkauan tone yang lebih luas. Foto HDR dapat diolah di Photoshop atau PhotoMatrix.















2. Fotografi High Speed

Fotografi High Speed pada dasarnya adalah teknik menangkap gambar dengan shutter yang sangat cepat. Shutter speed untuk fotografi high speed jauh lebih cepat, 1/8000 detik. Dengan shutter speed yang lebih cepat, fotografer bisa membekukan momen dan menghilangkan blur. Mengambil high speed foto harus menggunakan lensa dengan aperture yang lebar, pencahayaan yang terang atau ketepatan pengaturan ISO. Ditambah lagi kamera harus memiliki sensor yang baik, shutter, dan lampu sorot yang baik















3. Fotografi Soft Focus

Foto soft focus dihasilkan dengan menggunakan kamera khusus yang menciptakan garis lembut di foto sedikit buram dan garis tepi yang tajam. Gaya foto ini sering diibaratkan dengan dreamy atau glamour style yang banyak digunakan untuk fashion atau wedding photography. Ada beberapa kamera modern yang dapat menghasilkan foto soft focus. Atau kamu bisa menggunakan cara yang lebih ekonomis dengan meletakkan lensa soft focus di depan lensa biasa kemudian memberikan efek di photoshop.
















4. Fotografi Infrared

IR fotografi adalah seni menangkap cahaya yang tak terlihat, sehingga disebut spektrum warna Infra Red. Saat ini sangat memungkinkan untuk memotret IR menggunakan kamera digital. Untuk menghasilkan foto IR, kamu memerlukan filter IR dan juga tripod. Di sini tripod berfungsi sebagai stabilizer saat memotret dengan menggunakan shutter speed yang lambat dan exposure kecil.















5. Fotografi Fisheye

Fisheye memanfaatkan lensa fisheye dengan pandangan melingkar 180 derajat. Fotografer dapat menghasilkan foto dengan perspektif yang sangat berbeda, baik itu indoor atau outdoor. Angle yang super lebar dengan titik fokus tertentu mampu memberikan warna berbeda di foto yang dihasilkan. Pada awalnya, lensa fisheye dibuat untuk memotret seluruh awan demi kepentingan penelitian di bidang meteorologi.















Luar biasa bukan foto-foto dari para fotografer profesional? Menjadi profesional tidak bisa mudah dicapai dengan cara yang instan. Jika ingin menjadi salah satu fotografer pro dengan karya yang menakjubkan, berlatihlah dengan tekun dan tidak mudah menyerah adalah kunci utamanya. Baca juga artikel Teknik Dasar Fotografi Untuk Pemula

Teknik Dasar Fotografi untuk Pemula

A. Fotografi
Fotografi berasal dari kata Photo (Cahaya) dan Grafo ( menulis / menggambar ), sehingga dapat diartikan bahwa fotografi adalah suatu teknik menggambar dengan cahaya., cahaya sangat berperan penting dan menjadi sumber utama dalam memperoleh gambar karena tanpa cahaya tidak akan ada hasil foto.

B. Kamera SLR
Kamera D-SLR (Digital Single Lens Reflex) merupakan kamera dengan jendela bidik (Viewfinder) yang memberikan gambar sesuai dengan sudut pandang lensa melalui pantulan cermin yang terletak di belakang lensa. Pada umumnya kamera biasa memiliki tampilan dari jendela bidik yang berbeda dengan sudut pandang lensa  karena jendela bidik tidak berada segaris dengan sudut pandang lensa .Fotografi berkaitan erat dengan cahaya, Jadi untuk menghasilkan sebuah foto diperlukan adanya cahaya, tanpa ada cahaya maka tidak akan ada foto, maka kamera berfungsi untuk mengatur cahaya yang ditangkap image sensor (sensor gambar pada kamera digital atau film pada kamera konvensional). Untuk mengatur cahaya, terdapat 2 hal mendasar dalam kamera, yakni Shutter Speed (Kecepatan Rana) dan Aperture (Diafragma).

C. Lensa
Dalam fotografi, lensa berfungsi untuk memokuskan cahaya hingga mampu membakar medium penangkap (film). Di bagian luar lensa  biasanya terdapat tiga cincin, yaitu cincin panjang fokus (untuk lensa  jenis variabel), cincin diafragma, dan cincin fokus.

PANJANG LENSA
Panjang lensa  biasa disebut Focal Length

Panjang lensa mempengaruhi:
a. JARAK pemotretan
b. SUDUT pandang
c. PEMBESARAN
d. FASILITAS BUKAAN DIAFRAGMA

Lensa Khusus:
a. Lensa Makro (biasa disebut Macro Lens)
b. Penambahan panjang lensa (biasa disebut Tele Converter atau Extender)
c. Lensa pengoreksian perspektif pada subjek
d. Lensa Lunak (biasa disebut Soft Focus Lens)
Macam-macam lensa
  • Lensa Standar. Lensa ini disebut juga lensa normal. Berukuran 50 mm dan memberikan karakter bidikan natural. 
  • Lensa Sudut-Lebar (Wide Angle Lens). Lensa jenis ini dapat digunakan untuk menangkap subjek yang luas dalam ruang sempit. Karakter lensa ini adalah membuat subjek lebih kecil daripada ukuran sebenarnya. Dengan menggunakan lensa jenis ini, di dalam ruangan kita dapat memotret lebih banyak orang yang berjejer jika dibandingkan dengan lensa standar. Semakin pendek jarak fokusnya, maka semakin lebar pandangannya. Ukuran lensa ini beragan mulai dari 17 mm, 24 mm, 28 mm, dan 35 mm. 
  • Lensa Fish Eye. Lensa fish eye adalah lensa wide angle dengan diameter 14 mm, 15 mm, dan 16 mm. Lensa ini memberikan pandangan 180 derajat. Gambar yang dihasilkan melengkung. 
  • Lensa Tele. Lensa tele merupakan kebalikan lensa wide angle. Fungsi lensa ini adalah untuk mendekatkan subjek, namun mempersempit sudut pandang. Yang termasuk lensa tele adalah lensa berukuran 70 mm ke atas. Karena sudut pandangannya sempit, lensa tele akan mengaburkan lapangan sekitarnya. Namun hal ini tidak menjadi masalah karena lensa tele memang digunakan untuk mendekatkan pandangan dan memfokuskan pada subjek tertentu. 
  • Lensa Zoom. Merupakan gabungan antara lensa tandar, lensa wide angle, dan lesa tele. Ukuran lensa idak fixed, misalnya 80-200 mm. Lensa ini cukup fleksibel dan memiliki range lensa ang cukup lebar. Oleh karena itu lensa zoom banyak digunakan, sebab pemakai tinggal memutar ukuran lensa sesuai dengan yang dibutuhkan. 
  • Lensa Makro. Lensa makro biasa digunakan untuk memotret benda yang kecil.
D. Fokus
Fokus adalah bagian yang mengatur jarak ketajaman lensa sehingga gambar yang dihasilkan tidak berbayang.

E. Shutter Speed
Shutter speed atau kecepatan rana merupakan kecepatan terbukanya jendela kamera sehingga cahaya dapat masuk ke dalam image sensor. Satuan daripada shutter speed adalah detik, dan sangat tergantung dengan keadaan cahaya saat pemotretan. Semisal cahaya terang pada siang hari, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih cepat, semisal 1/500 detik. Sedangkan untuk malam hari yang cahayanya lebih sedikit, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih lama, semisal 1/5 detik. Hal ini sekaligus menjelaskan mengapa foto pada malam hari cenderung buram, bahwa shutter speed yang lebih lambat memungkinkan pergerakan kamera akibat getaran tangan menjadikan cahaya bergeser sehingga foto menjadi buram / blur. 
















Foto dengan shutter speed lambat



















Foto dengan shutter speed cepat

F. Aperture
Aperture atau diafragma merupakan istilah untuk bukaan lensa. Apabila diibaratkan sebagai jendela, maka diafragma adalah kiray / gordyn yang dapat dibuka atau ditutup untuk menyesuaikan banyaknya cahaya yang masuk. Pada kamera aperture dilambangkan dengan huruf  F  kecil dan dengan satuan sebagai berikut:
f/1.2
f/1.4
f/1.8
f/2.0
f/2.8
f/3.5
f/4.0
dst.

Semakin kecil angka satuan maka akan semakin besar bukaan lensa  (f/1.4 lebih besar bukaannya dibandingkan dengan f/4.0,  f/2,8 lebih besar bukaannya dibandingkan dengan f/16).

 













Gambar Aperture pada lensa

Jadi, korelasi antara shutter speed dan aperture adalah bahwa semakin besar bukaan lensa maka shutter speed akan semakin cepat, sebaliknya semakin kecil bukaan lensa maka shutter speed akan semakin melambat.


 







Keterangan:
perhatikan perbedaan rentang ruang tajam pada ketiga foto diatas. Pada bukaan diafragma besar ruang tajamnya lebih sempit dan demikian seterusnya.
Tips:
Gunakan bukaan besar (angka f kecil) untuk mengisolasi background yang mengganggu. Gunakan bukaan kecil (angka f besar) untuk pemotretan lanskap (pemandangan).

Beberapa istilah dalam fotografi yang amat perlu difahami:
  • APS: Advanced Photo System.
  • DIL : Drop in Loading.
  • CID : Cartridge Identification number.
  • FID : Film strip Identification number.
  • USC : Uniform Sigma Crystal/kristal sigma seragam.
  • Kristal sigma : Butir-butir perak halida.
  • AFS : Auto Focus Silent Wave Motor.
  • AFD : Auto Focus Distance Information.
  • DIR : Development Inhibitor Releaser.
  • SPD : Silicon Photo Diode.
  • LCD : Liquid Crystal Display.
  • LED : Light Emitting Diode, lampu.
  • ISO/ASA : Derajat sensitivitas film.
  • ISO : International Standart Organization.
  • ASA : American Standart Association.
  • DIN : Deutsche Industry Norm.
  • NiMH : Nikel Metal Hydride.
  • NiCd : Nikel Cadmium.
  • DRAM : Data Random Acces Memory.
  • RISC : Reduce Intruction Set Computer.
  • CCD : Charge Couple Device (pada kamera digital).
  • CPL : Circular Polarizing.
  • USM : Ultrasonic motor.
  • ESP : Elektro-Selective Pattern (Sistem pengkuran cahaya otomatik, di saat kondisi kesenjangan kecerahannya sangat besar.
  • SLR : single Lens Reflek, kamera lensa tunggal yang menggunakan cermin dan prisma. 
  • TLR : Twin lens Refleks, kamera yang menggunakan dua lensa , satu untuk melihat, lainnya utnuk meneruskan cahaya ke film.
  • Lens Mount : Dudukan lensa.
  • MF : Manual Fokus. 
  • AF : Auto Fokus.
  • Fps : Frame per second:, satuan kecepatan pengambilan gambar dalam gambar perdetik. 
  • DOF : Depth of Field; ruang tajam, merupakan jarak, dimana gambar masih terlihat tajam/focus, bergantung pada: diafragma, panjang lensa dan jarak objek. 
  • GN : Guide number; kekuatan cahaya blitz merupakan perkalian antara jarak (dalam meter atau feet) dan diafragma. 
  • AR Range : Tingkat terang cahaya dimana system aotufocus masih dapat bekerja, dalam satuan EV. 
  • EV : Exposure Value; kekuatan cahaya. Sample, EV=0 kekuatan cahaya pada difragma f/1,0 kecepatan 1 detik. 
  • Exposure mode : Modus pencahayaan, pada umumnya ada 4 tipe: manual, Aperture priority, Shutter priority dan Programed (auto). 
  • Aperture : Diafragma.
  • Lens Hood : Tudung lensa. 
  • Aperture priority : Prioritas pengaturan pada diafragma, kecepatan rana otomatis.
  • Shutter : Rana.
  • Shutter Priority : Prioritas pengaturan pada kecepatan rana, diafragma otomatis. 
  • Exposure compensation :Kompensasi pencahayaan, membuat alternatif pencahayaan dari normal menjadi lebih atau kurang. 
  • Flash Exposure Compensation : Kompensasi pencahayaan blitzt. 
  • Metering: Pola pengaturan cahaya, biasanya terbagi dalam 3 kategori, centerweighted, evaluative/matrix, dan spot. 
  • Center weighted Metering : Pengukuran pencahayaan pada 60% daerah tengah gambar. 
  • Evaluative/Matrix : Pengukuran pencahayaan berdasarkan segmen-segmen dan presentase tertentu. 
  • Spot : Pengukuran pencahayaan hanya pada titik tertentu. 
  • View finder : Jendela bidik. 
  • Built in Dioptri: Dilengkapi dengan pengatur dioptri (lensa+ atau – bagi mereka yang berkacamata). 
  • Eye piece Blind : Tirai penutup jendela bidik. 
  • Interchangeable Focusing Screen : Fasilitas untuk dapat mengganti focusing screen. 
  • Focusing screen : Layar focus. 
  • Bracheting : Pengambilan gambar yang sama menggunakan pengukuran pencahayaan yang berbeda. 
  • Flash Sync : Sinkron kilat, kecepatan maksimum agar body dan flash masih bekerja harmonis. 
  • TTL: Through The Lens, Sistem pengukuran pencahayaan melalui lensa.
  • Remote Flash : Melepaskan lampu kilat dari badan kameranya dan meletakkannya si duatu tempat untuk mendapatkan efek foto yang diinginkan. 
  • Bounce : Cahaya lampu kilat yang di pantulkan ke langit-langit atau bidang lain sehingga cahaya menerangi objek secara merata. 
  • Slave unit : (Lampu kilat + mata listrik/elctric eye); adalah alat abntu yang sanggup menyalakan lampu kilat bila mata itu menerima sinar dari lampu kilat lain. 
  • Wireless TTL : Sistem pengukuran TTL tanpa melalui kabel. 
  • Multiple exposure : Fasilitas pemotretan berulang pada fram eyang sama. 
  • Pupup Flash : Blitz kecil, terbuat menyatu dengan body. 
  • Stop : Satuan pencahayaan, 1 stop sama dengan 1 EV. 
  • Red Eye Reduction : fasilitas untuk mengurangi efek mata merah yang biasa terjadi pada pemotretan menggunakan blitz pada malam hari. 
  • PC terminal : Terminal untuk blitz di luar hot shoe. 
  • Hot shoe : Kaki blitz. 
  • Mirror Lock up : Pengunci cermin, agar getaran dapat dikurangi pada saat rana bergerak. 
  • Shiftable program : Pada mode program, exposure setting dapat diubah secara otomatis dalam EV yang sama, misalnya dari 1/125 menjadi 1/250 detik, f 5.6 dmenjadi f 11. 
  • Second Curtain Sync : Fasilitas untuk menyalakan blitz sesaat sebelum rana menutup. 
  • Shutter release : Pelepas rana.
  • Self Timer : Alat penangguh waktu pada kamera. 
  • Vertical Grip : Alat pelepas rana utnuk pengambilan secra vertical tanpa harus memutar tangan. 
  • Data Imprint : Fasilitas pencetakan data tanggal pada film. 
  • Reloadable to last frame: fasilitas untuk mengembalikan film yang telah digulung di tengah ke posisi terakhir yang terpakai.
  • Fill In flash : Blitz pengisi, dalam kondisi tidak memerlukan blitz, blitz tetap dinyalakan untuk menerangi bagian-bagian yang gelap seperti bayangan. 
  • Intervalometer : Fasilitas epmotretan otomatis dalam jarak waktu yang tertentu. 
  • Multispot : Pengukuran pencahayaan dari beberapa titik. 
  • Back : Sisi belakang kamera, berfungis pula sebagai penutup film. 
  • Bayonet : Sistem dudukan lensa yang hanya memerlukan putaran kurang dari 90 derajat untuk pergantian lensa.  Bulk film : Film kapasitas 250 exposure. 
  • Wide lens : lensa lebar, mempunya jarak titik bakar yang pendek, lebih pendek dari 50,,, biasanya:
    - 16-22mm (lensa lebar super).
    - 24-35mm (lensa lebar medium.
    - 6-15mm (lensa mata ikan).
  • Push : Meningkatkan kepekaan film dalam pemotretan, missal dari ISO 100-200/lebih. 
  • Pull : kebalikan dari Push. 
  • Main light : Cahaya pengisi/tambahan. 
  • Foto wedding : Potraiture berpasangan (menciptakan rekaman gambar yang romantisme, baik dari posenya maupun dari suasananya foto ulang tahun terbagi 2 yaitu:
    - Neo Classic Potraiture, ialah bentuk visual foto berpasangan yang beraura romantis
    - Classic wedding, ialah bentuk foto berpasangan yang harus menjadi kenangan.
  • Blouwer : Kipas angin yang digunakan pada pemotretan model untuk menghasilkan efek angin. 
  • Reverse ring : digunakan untuk memasang lensa yang di balik, untuk membuat lensa makro alternatif agar cahaya yang masuk tidak bocor. 
  • Golden section : Potongan kencana; Hukum komposisi yang mengatakan bahwa keselarasan akan tercapai kalau suatu bidang adalah kesatuan dari 2 bidang yang saling berhubungan. 
  • Komposisi : susunan garis, bidang, nada, kontras dan tekstur dalam suatu format tertentu. 
  • Siluet : Teknik pencahayaan untuk menampilkan bentuk objek tanpa menunjukkan detilnya. 
  • Framing : Pembingkaian objek untuk memberi kesan mendalam/ dimensi objek foto. 
  • Panning : Teknik pengambilan gambar dengan kesan gerak (berubahnya latar belakang menjaid garis-garis sementara objek utama terekam jelas. 
  • Sandwich : Teknik menggabungkan foto. 
  • Cross process : Proses silang, biasanya di lakukan pada film positiv (E6) ke film negatif (C 41), sehingga menimbulkan warna- warna baru pada foto. 
  • Esai foto : (Biar foto yang bicara), merangkai foto menjadi cerita bertem xposure time kalo ga salah sih lamanya waktu kita ngebuka bukaan (Biasanya di mode Bulb). Sesuai dengan artinya, Interpolasi merupakan salah satu cara yang dipakai untuk memperbesar ukuran gambar dengan memultiplikasi pixel ukuran gambar yang diduplikasi menjadi lebih besar. Biasanya gambar interpolasi bila dilihat dengan teliti akan menurunkan ketajaman gambar karena bukan hasil asli keluaran dari sensor. 
  • HSM : Singkatan dari Hypersonic Motor. Artinya kurang lebih sama dengan USM, auto fokus cepat dan tidak bersuara. Kode ini akan Anda temukan di lensa merek Sigma. 
  • AF-S : Sama dengan kode diatas, kode ini akan Anda temukan di lensa merek Nikon. 
  • SAM : Sama dengan kode diatas, kode ini akan Anda temukan di lensa merek Sony. 
  • AF : Lensa Nikon yang tidak memiliki auto fokus built-in. Di kamera pemula Nikon seperti D60 dan D5000, tidak bisa mengunakan lensa ini untuk auto fokus, tapi harus dengan manual fokus. 
  • VR : Singkatan dari Vibration Reduction, fungsinya sama dengan Image Stabilization. 
  • OS : Singkatan dari Optical Stabilization, fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini akan Anda temukan di lensa Sigma. 
  • VC : Singkatan dari Vibration Compensation, fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini akan Anda temukan di lensa Tamron. 
  • DX, DT, DC : Kode lensa yang di optimalkan untuk kamera sensor krop. Kode ini akan Anda temukan di lensa Nikon, Sony atau Sigma. 
  • DG : Kode lensa yang di kompatibel untuk kamera sensor krop dan full frame. Kode ini akan Anda temukan di lensa Sigma. 
  • L : kependekan dari "Luxury", biasa diplesetkan menjadi "Larang". Lensa-lensa L-series Canon adalah lensa yang berada di jajaran atas. Dibuat dengan optik-optik pilihan yang berkualitas, juga memiliki build quality yang baik dan kokoh. Lensa seri ini ditandai dengan adanya gelang merah di leher bagian depan lensa. L singkatan dari luxury alias lensa mewah yg kualitasnya tinggi. 
  • DO : kependekan dari "Diffractive Optics". Lensa seri ini bila dibandingkan dengan lensa lain yang memiliki focal length dan aperture maksimal yang sama biasanya memiliki bentuk yang lebih kecil dan berat yang lebih ringan. Canon juga meng-claim lensa seri DO ini memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengatasi chromatic aberration. Lensa ini ditandai dengan adanya gelang berwarna hijau di leher lensa bagian depan. Hingga saat ini Canon baru memproduksi 2 macam lensa dengan diffractive optics ini. 
  • EF : mount lensa Canon sejak tahun 1987, mount sebelumnya bernama FD. Tambahan -S di belakang adalah kependekan dari Short Back Focus. Lensa dengan seri ini memiliki 'buritan' yang lebih nongol sehingga tidak bisa masuk ke body fullframe. Desainnya pun memang dirancang untuk body non-fullframe (APS-C) sehingga memiliki image circle yang lebih kecil daripada lensa seri EF biasa. Jika dipaksakan dipasang pada body fullframe (baik dibantu dengan extension tube atau cara lain), maka akan menghasilkan foto dengan vignetting yang cukup parah akibat jangkauan image circle tidak sampai mencakup keseluruhan frame. 
  • IS : kependekan dari "Image Stabilizer". Teknologi peredam getar pada lensa yang memungkinkan lensa menstabilkan getaran tangan yang bisa menyebabkan foto shaking. Kemampuan IS biasanya diukur dengan stop rating, di mana semakin tinggi angka ratingnya, semakin baik kemampuan IS lensa tersebut dalam menstabilkan getaran. 
  • USM : kependekan dari "Ultra-sonic Motor", bisa diplesetkan menjadi "Untuk Semua Momen". Lensa AF dengan motor ini biasanya memiliki kemampuan autofocus yang lebih cepat dan senyap sehingga dapat menangkap momen dengan lebih baik dan akurat. 
  • EF-S : jenis vatting / pangkon / bajonet / mounting.
Baca juga artikel Mengenal Teknik Fotografi Profesional